Pada Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2009, para Uskup membahas tema “Wajah Misi Kita di Bidang Kesehatan: Refleksi KWI atas Karya Evangelisasi Gereja Katolik Indonesia di Bidang Kesehatan”. Dan pada akhir Sidang KWI, para Uskup mengeluarkan pesan pastoral. Para Uskup melihat, karya pelayanan kesehatan yang menjadi bagian misi Gereja Katolik di Indonesia yaitu bagian tak terpisahkan dari panggilan dan perutusan Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Karya pelayanan kesehatan ada karena Gereja menimba ilmu kepada Yesus yang menyembuhkan demi pewartaan Kerajaan Allah. Maka, karya ini semestinya dilakukan dengan sebaik-baiknya, penuh keramah-tamahan, beri sayang, dan menyeluruh karena sakit yang diderita seseorang bukanlah hanya mengena pada fisiknya melainkan juga keseluruhan eksistensinya (bdk. Dolentium Hominum, 2). Kalau melihat sakit dan penderitaan secara lebih dalam, kita menyadari bahwa hal itu lebih ketimbang sekadar keadaan sulit medis, melainkan seketika menyentuh hakikat manusia (bdk. Gaudium et Spes, 10). Hakikat manusia ini pula yang menjadikan karya pelayanan kesehatan mempunyai sisi insani joker123 gaming sekalian ilahi. Bagi Gereja, penebusan Kristus dan rahmat penyelamatan-Nya sungguh-sungguh menyentuh manusia seutuhnya, khususnya mereka yang lemah, sakit, menderita, dan sedang di ambang kematian.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan Gereja Katolik Indonesia dalam tahun-tahun terakhir ini mengalami tantangan, bagus dari dalam ataupun dari luar. Tantangan dari dalam muncul kemungkinan sebagai pengaruh dari melemahnya spiritualitas dan motivasi pengabdian, kurangnya kompetensi energi kesehatan, pengelolaan yang kurang memenuhi tuntutan profesionalitas, dan kurangnya dana. Tantangan ini menyadarkan kita untuk seketika membetulkan diri dari dalam. Meski tantangan yang berasal dari luar antara lain perundang-undangan dan undang-undang pemerintah, munculnya teknologi kesehatan yang baru seperti alat-alat medis yang baru, aneka penyakit baru, kemunculan banyak rumah sakit yang semakin modern dan berorientasi kuat pada keuntungan, serta rendahnya kesadaran kesehatan masyarakat.
Hal ini menuntut institusi pelayanan kesehatan supaya menyesuaikan diri, meningkatkan kesanggupan dan mutu pelayanan, dengan konsisten berpegang teguh pada iman dan sopan santun Katolik yang menyayangi kehidupan. Aneka tantangan ini juga mendorong institusi pelayanan kesehatan supaya semakin gigih memikirkan kembali peningkatan mutu dan keterjangkauan karya kesehatan, serta selalu menimba kembali spiritualitas pelayanan kesehatan Katolik yang berasal dari Yesus Kristus.
Wajah karya pelayanan Gereja Katolik kini sedang dalam situasi gawat darurat. Karya yang pernah gemilang bersama karya pelayanan pengajaran ini, semakin hari makin redup. Kita sebagai bagian Gereja tentu dipanggil untuk turut serta memikirkan masa depan karya ini. Karena kehadiran karya pelayanan kesehatan yaitu perwujudan nyata iman akan Allah yang berbelas beri kepada mereka yang sakit dan menderita.